Rabu, 04 Februari 2009

Ego dibelantara Papua

Berjanjilah pada masa, semua orang juga mau memanfaatkan setiap detik waktunya untuk segala sesuatu yg bermanfaat, tapi apakah orang itu bisa selalu mewujudkannya?. Alur hidup pun selalu ditata ulang pada setiap kesempatan , ya dengan membenahi subtarget dalam hidup kita, tapi apa ya bukti nya kalau kita berhasil mencapainya? Dari sisi mana kita memandangnya? Karena setiap keberhasilan yg kita dapatkan , bagiku selalu ada efek negatifnya untukku sendiri. Merenung disetiap waktu senggang pun tidak akan pernah membuatku berpikir positif dan menghasilkan karya spektakuler untuk diceritakan, menilai diri sendiri memang PR terberat, tapi kalau kita tidak sadar akan diri kita sendiri bagaimana bisa maju, klasik memang didengarnya , tapi tetap saja susah mendiskripsikan dengan benar. Kebersamaan mungkin akan sedikit membiaskan beban pikiran yg menggerogoti kepercayaan dan keyakinan diri kita sendiri akan potensi pribadi.

Egois rasanya kalau setiap detik yang ada hanya untuk semua target dan keinginan yg mau aq wujudkan, seakan hidup kita berawal dari kesendirian dan akan diakhiri dengan kesendirian juga, Lupa akan status makhluk sosialnya kah diriku? Terus piye Enyak Babe ku , mereka khan yg memproduksi aq.

Dulu waktu dapat penawaran ke papua rasanya enak banget bilang “Siap pak , saya mau” karena pikiran pertama yang melintas adalah serunya berjelajah dan bertraveling di alam rimba yang eksotik . ketemu sama segala binatang yg bener2 liar (sama sekali nggak sama kalo lihat di taman safari) , pohon yg beraneka ragam nan asrinya (lebih wah dibandingkan pohon di taman raya bogor) , masyarakat yg ada didalamnya pun unik2 dengan budaya yg mempesona , kata mempesona ini bisa aq jelaskan sekarang , dulu waktu pelajaran sejarah , saat ibu guru menjelaskan tentang alat2 manusia purba yg begitu sederhana , yg berupa batu dan tulang untuk perkakas rumah tangga , nah sekarang disini aq melihat banyak sekali alat yg serupa masih dipergunakan , betapa mereka masih mempertahankan budaya nenek moyang mereka , dan aq masih bisa melihat mereka menggunakannya (inilah yg mempesona bagiku) , mereka punya ketelitian mantap dalam setiap pekerjaan , tidak banyak kecerobohan dan tidak banyak efek negative yg ditimbulkan dialam . semua pengalaman itu terjadi semua padaku , bahagia rasanya bisa merasakan pengalaman yg mengagumkan , tidak bisa dinilai dengan mengacungkan 2 jempol tangan kita , apa lagi kalo suruh jalan dengan biaya sendiri , nggak nyucuk kaleee….. , semua itu aq dapatkan karena aq menerima pekerjaan didaerah ini. Saking senengnya menjelajah pelosok papua , sampe lupa cuti pulang , lebaran pun ikutan lebaran di rumah orang , bukan dirumah sendiri sama handai toulan dan keluarga . dulunya sich masih mikir gini (gak papa dech sekali ini nggak pulang lebaran) eh kok malah keterusan , malah bisa cari alasan lagi sekarang , yg harga tiket mahal lah , ada pekerjaan lah , dan lain sebagainya … padahal itu cuman akal2an aja kaleee… , aslinya sich pingin sesuatu hal yg baru (gimana rasanya kalo lebaran gak pulang , lebaran bareng sama orang yg sama sekali kita nggak kenal , lebaran cari makan dirumah orang) , sampe liburan akhir tahun kemaren pun seharusnya bisa ambil cuti panjang banget ,tapi aq nggak pulang kampung juga, wah beneran dah cinta papua atau emang udah diusir dari rumah sampe nggak berani pulang nih.

Cuek bebek selalu dengan semua singgungan dan gossip orang , sampe kemaren dayax (nama panggilan kakak ku) denger tetangga bilang “kasihan ya de pik ,anaknya kerja jauh , lebaran gak pulang , liburan panjang juga gak pulang” , buset dah , untuk yg satu ini rasanya menohok banget di hatiku … langsung intropeksi diri boleh donk . point pertama : egois banget aq , disini aq mengejar semua ambisi nafsu muda ku tentang semua pengalaman hidup , tapi kok nggak seimbang dengan kebutuhan keluarga akan kebersamaan . point kedua : perjuangan ini sudah sukses , namun pincang oleh kehangatan rumah . point ketiga : puncak mana lagi yg masih menyilaukan matamu nak , hingga kau terus mendaki tanpa berpikir orang yg berdoa akan keselamatanmu saat melepaskan kepergianmu . sesak hingga relung dada saat semua kenyataan itu timbul , bagaimana sungguh kangennya mama dirumah sana pada diriku, atau sedikit cemburu akan keadaan keluarga lainnya yg bisa berkumpul lengkap , maklum dech hal itu dirasa seorang ibu , I am sorry mom , nanti pada waktunya aq akan selalu dekat denganmu (bukan hanya sekedar jiwa ,namun ragaku juga) , coming soon …….

Dan akhirnya “Gunakan Pikiran itu untuk melihat dan Hati untuk merasa” *njiplak kata2 dari pak Mario Teguh

2 komentar:

Anonim mengatakan...

:)
klo menurutku, sebenarnya hal ini lebih ke____

Rully Mustofa mengatakan...

ke ....
ke pasar ,
ke pribadian ,
ke pedulian ,
ke mampuan ,
ke mauan ,
ke terpaksaan,
atau ke napa ?

Posting Komentar