Minggu, 03 Oktober 2010

Cerita oleh2 mudik - alhamdulillah

Jari ini tak kuat rasanya untuk menyuratkan segala asa yang muncul setalah takeoff nya pesawat, di ketinggian 23.000 kaki aq merasa ada sesuatu yg tertinggal disana , ganjalan besar dalam hati yg seakan2 semakin besar dan membatu dalam hati karena semakin jauh jarak memisahkanku. Sindrom mudik aq menyebutnya , setah mudik , rasanya pingin segera mudik lagi. Tapi kali ini beda karena bukan sidrom mudik biasa. Aq masih belum sadar dan belum dapat mejawab seketika kenapa serasa tak ada hal yang memberikanku alasan menjadi seorang picisan yang mendalami kesedihan terlalu dalam. Sampe aq merasa heran dan bingung , kok rasanya bukan aq yg biasanya. Lebaran kali ini memberikanku hidup yang baru, hidup dengan target realistis dan motivasi baru untuk suatu perubahan yang baik demu suatu tujuan yg tergambar pada masa depanku. Mudik kemarin berawal dengan kondisi yang tidak berbeda dari lebaran 1 tahun lalu , dari seorang elik yg nggak ribet dan nggak punya target apa apa , walau pertanyaan panas (sudah punya pacar belom ?, kapan nikah?, mau berapa lama lagi bujangnya ?) sudah disisipkan dalam canda obrolan lebaran nanti oleh segerombolan om, tante bahkan mungkin mama papaku sendiri , tapi enyak babe gw adalah orang paling pengertian sedunia , anaknya pulang bukan untuk pertanyaan itu, tapi untuk menjawab dengan perilaku dan bukan perkataan (harapannya gitu katanya nyokab). Dan apa kenyataannya , sesampainya dirumah mama dengan komando militer ala ibu rumah tangga langsung membagi tugas bagi 3 anggotanya , 1. Komandan (papa). 2. Jendral (lucky) , dan tentu saja kacung yg baru saja di kirim dengan kilat khusus dari Makassar (elik ganteng *embel2 ganteng sengaja ditambahin sendiri oleh penulis biar nggak terlalu miris dengan title kacung didepannya). Bukan pertanyaan baik baik lik , sehat ? nggak , tapi kata2 yg keluar adalah , ayo cepet itu tas baju cepet diangkat , beras dalem karung , rice cooker , itu sayuran ama bla bla blabla diangkat sekalian , masukin mobil, (jadi inget lebaran tahun lalu itu anak bebek juga ikut mudik , kata mama kasian ntar gak ada yg kasih makan klo ditinggal , hasilnya kuta mudik bareng bebek2 itu dimobil) yah itulah mama , cerewetnya selalu bikin kangen setiap waktu , karena cewek sendirian dirumah menjadikan dia sering tak punya genk dalam rumah, tuh cowok2 asik ngobrolin sesuatu sambil ngopi + rokokan , mama cuman nonton sinetron kesukaannya dan tidur2an. Eh kok jadi ngelantur ke sono2 , balik ke : ‘dari seorang elik yg nggak ribet dan nggak punya target apa apa’ dan kini aq telah punya hal yang harus aq perjuangkan, kalo dibilang lebaran kali ini unpredictable, mulai dari musibah yg aq alami :( (sapa sangka etalase SPBU aq adu dengan mobil kesayangan mama) dan cerita cerita setahun tentang keluarga besar dan cerita curhat sang mama pada anaknya (selalu ada sesi ini dalam setiap tahunnya) , dan gurauan2 khas ala keluarga kita. Menjadikan mudik adalah suatu hal yg patut untuk di perjuangkan setipa tahunnya (mangan gak mangan asal kumpul, ntar klo dah laper cari aja warung atau resto yg buka).


Waktu begitu cepat berlalu , 18 hari tak berasa sama sekali , hujan aja tiap hari waktu mudik tuh , tapi gak papa semua kegiatan masih tetap bisa dilakukan , mulai males2an sambil tidur2an nonton tipi , masak masak bareng mama , mancing ikan di kolam belakang rumah , sampe main main ama abang adekku, semua menjadi kesatuan utuh hingga satu pertanyaan mama membuat suasana mendung dalam pagi itu (seingatku pertanyaannya gini : eh jadi lebaran ini masih tetep sama lebaran kemarin , belom ada yg mau dikenalin?) mama membuat pertanyaan yg halus banget , walau sambil goreng kerupuk/tempe ya waktu itu? Ya sekenanya aja aq jawab , sabtu besok aq kenalin (*dam* emangnya manusia berinisial “ I “ mau main kerumah … hahaha sok pede abis nih elik , dasar kacung ber ke-pede-an tingkat kakap. Alhamdulillah , rejeki nggak kemana , Tuhan memberikan sesosok makhluk manis dan dikenalkan padaku , selalu saja begitu , kopdar yg meng-kikuk-kan , bukan pada dirinya saja , aq juga sebenernya , dengan harap2 cemas , bener ndak ini orangnya , hahaha (cuman tampilanku dibuat se cool mungkin , jadi nggak kelihatan banget , dan kelihatannya emang sukses, nggak demam panggung rasanya) mama papa dan my brother menerimanya dengan baik , semoga saja dia menerima dengan baik pertemuan kami, Biasanya kalau pulang balik ke Negara perantauan cuman mama yg nangis (kemaren juga gitu lagi , dibandara seperti melepas anaknya jadi TKI aja mama , sambil dada dada gitu nangis , tp itulah cinta seorang ibu pada anaknya , I’m proud mendapat perlakuan seperti itu , walau saya ini sibolang = si bocah ilang yg gak pernah di absen oleh mama nya, yg ada aq yg iri karena gak merasa diperhatikan , dasar anak gak tau diri , kering tempe ama bumbu pecel oleh2 mama itu apa ? takut anaknya gak bisa makan pecel kalik sampe dibawain begituan , berarti aqnya aja yg gak sadar klo diperhatiin), ternyata ada sesosok wanita disana yg dalam waktu bersamaan menangis untuk ku . Dua wanita yg mencintaiku apa adanya tanpa menuntut apapun dan memberiku ikatan waktu untuk kembali dalam pelukannya, Karena ketidak sanggupan melepas itulah mereka menangis , bagiku ketidak sanggupanku adalah mengusap air mata mereka, proses ini harus tetap berjalan dengan segala keterbatasan waktu dan pemisah lautan itu , biarlah untaian doa dan rajutan rasa kangen menjadi selimut dalam tiap malam tidur kita dengan pengharapan setiap esok pagi kita dapat dipertemukan dalam untaian takdir dan rizki Tuhan, ada titipan doa nih dari seseorang berinisial INA “ Semoga Allah menjaga hati kita , sampai waktunya Allah mengijinkan kita bersatu “ .. Aamiin..

Leia Mais…