Selasa, 24 Februari 2009

Burung Besi itu sudah kunaiki

Banyak orang sekarang memilih pesawat sebagai transportasi ekonomis dalam perjalanan mereka kesuatu daerah ,bahkan bagi orang desa yg dulunya naik pesawat adalah suatu kemewahan saat ini sudah tidak lagi, karena burung satu yg terbuat dari besi ini sudah sering mereka tumpangi (apalagi tuh para TKW atau TKI ,pengalaman naik pesawatnya kalau diceritakan pasti menarik, dari kelucuan yg mereka timbulkan saat dikabin pesawat sampai kejadian memalukan diatas pesawat , penyebabnya karena mereka baru pertama kali naik pesawat)dan rata rata orang naik pesawat berpenggerak jet , pesawat boeing 737 dan 747 , MD 90 ataupun Foker 28 dan Foker 100 , atau sekarang sudah banyak Airbus yg kemampuan angkutnya lebih besar.
Tapi sudah pernahkah Anda terbang naik pesawat nonkomersial atau pesawat kecil berbaling-baling ? (waktu sekolah dulu kalau tidak salah disebut dengan penerbangan perintis)

C-130 Hercules, CN 235 Gatot Kaca, ATR 72, Cessna 206 S, Twin Otter DHC-6, Dornier 326, Foker F-27, DHC-4 Caribou, Pilatus PC6 , Bell 206, Twin Pack S-58

Sudah familiar kah anda dengan nama nama pesawat diatas? Nope? I’m done flying with that things.

Besar dikeluarga TNI AU membuatku tidak pernah canggung naik yang namanya pesawat terbang , C-130 Hercules adalah pesawat cargo dan mobilitas pasukan TNI AU, pesawat hasil produksi MacDouglas ini pertama kali saya tumpangi saat umur 3 th saat akan lebaran ke rumah nenek di madiun , jadi route nya ya malang - madiun, naik Hercules serasa naik angkot karena duduknya hadap hadapan, jangan berharap duduk di jok karena yang ada hanyalah hammock panjang menempel disepanjang pinggir pesawat, sehingga duduknya enjot enjotan seiring dengan guncangan pesawat, jendelanya bulet bulet kecil dan terletak diatas kita duduk dan harus berputar 180 derajat kalau mau melihat awan2 yg menemani perjalanan kita. Biasanya di tengah tengah badan pesawat akan ditaruh barang barang cargo : dari beras, mie instan, mobil, truck, sampe burung peliharaan si om tentara.

CN 235, ATR 72, F-27 dan Dornier 326 adalah pesawat montok yg akan menerbangkan 24 sampai 42 penumpang ke kota tujuan anda , dan ini pesawat terbesar yang ada untuk jalur perintis , jadi kalo sudah mulai take off , parno anda akan mulai naik karena disambut dengan pesawat yg terseok2 lari dan berusaha untuk terbang , seperti mentok (sejenis bebek) yg mau terbang , wah super duper senam jantung , ini semua karena beban muat/load barang yang besar , namanya juga pesawat cargo dan manusia , kepedalaman yang belum ada jalur daratnya lagi , ya tentu sarat muatan kebutuhan masyarakat.

Rute terheboh yg pernah saya taklukkan dengan pesawat perintis ini adalah Sorong – FakFak – Kaimana – Nabire – Serui – Biak ditempuh dalam waktu 10 jam, dengan menggunakan pesawat Twin Otter DHC-6 (Pesawat buatan Canada dengan 2 baling baling dan 18 seats penumpang, pas 20 lah dengan pilot dan co pilotnya)jangan harap ada pramugari cantik yang melayani kita dalam pesawat ini , pilotnya saja bisa ngerokok sambil membuka jendela pintunya, jadi pesan pak pilot sebelum pesawat terbang adalah , “please make your safety belt , and in case emergency , life jacket under your seats, you can use it” hahahaha , serasa tempo dulu waktu berangkat sekolah menumpang di truk. Cowboy abis dah pokoknya. Apalagi kalau di udara kita mengalami terseok2 nya pesawat karena badai kecil yg kita lewati , kalau belum bisa membayangkan mungkin rasanya seperti kita naik mobil dengan ban mobil yg gundul sebelah.

Kalau pesawat terkecil yang pernah aq tumpangi (ini bener bener menumpang lho, bukannya beli tiket terus naik tuh pesawat) adalah Pilatus porter milik misionaris AMA papua, di pesawat itu saya seakan akan menjadi co pilotnya karena saya duduk langsung disebelah kanan pilot, dan pesawat ini benar benar seperti layang2 , ketiup angin sedikit langsung melayang naik ,jadi setelah landing kita masih merasa diatas awan.

Pengalaman pertama kali naik helicopter adalah jenis bell, tidak terlalu mengerikan sich,cuman berisiknya mengalahkan “sikomo” (sikomo adalah motor saya sewaktu STM, kenapa sikomo karena suara kenalpot komo lebih heboh dibandingkan suara bajaj) yang lebih seram sebenarnya waktu turun dari helicopter karena kita harus merunduk serendah mungkin supaya badan tidak terhempas karena angin baling balingnya , bahkan ada yg sampai tiarap karena takut terhempas anginnya.

2 komentar:

Achmad Fauzan mengatakan...

hehehehe...
Top markotop emang pengalaman mu Lik...
Lanjutkan trus petualanganmu anak muda...!!

ngomong2 aku jg pernah naek hellycoter + sea plane lho..:D

Rully Mustofa mengatakan...

wakakakaka .. naik copper gratisan yah
sama dengan aq ...

tapi lumayan lah , khan itu pengalaman :)

Posting Komentar